Minggu, 01 September 2013

hubungan antara imtaq dan iptek


HUBUNGAN ANTARA IMTAQ DAN IPTEK DALAM KEHIDUPAN MAHASISWA
By : Anis Sugiarti
NIM : 133224009

IMTAQ dan IPTEK merupakan suatu kesatuan yang relevan. Imtaq tanpa Iptek akan kosong, begitupun Iptek tanpa Imtaq juga akan buta. Jika seseorang menguasai Iptek maka ia akan dengan mudahnya melakukan sesuatu. Imtaq disini berperan untuk membentengi seseorang dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh adanya kemajuan Iptek.
Seperti kita ketahui bahwa Imtaq adalah singkatan dari Iman dan Taqwa yang mengandung artian sebagai bentuk integritas seseorang terhadap Tuhannya. Sedangkan Iptek merupakan hasil dari usaha pemikiran manusia dalam memahami dan mengelola ilmu yang dimilikinya.
Kita memilih untuk menjadi orang yang berilmu tetapi tidak beriman, atau orang yang beriman tanpa ilmu, atau orang yang beriman sekaligus berilmu, atau bukan keduanya?????

Perkembangan Imtaq dan Iptek di kalangan mahasiswa
                Jika dikaji lebih jauh, rata-rata di setiap kampus lebih banyak dihuni oleh mahasiswa yang ber-IPTEK daripada yang ber-IMTAQ. Salah satu buktinya adalah ketika diadakan tes-tes seleksi masuk PTN atau PTS,  soal yang diujikan lebih banyak berisi tentang IPTEK. Jarang sekali ditemukan soal-soal yang bernilai keagamaan. Selain itu, jumlah mata kuliah yang bernilai keagamaan juga tidak sebanding dengan mata kuliah bernilai Iptek. Namun dengan adanya organisasi-organisasi keagamaan di kampus tentunya akan sedikit menambah jumlah mahasiswa yang tidak hanya menguasai iptek, namun juga mahasiswa yang ber-imtaq. 

CONTOH TOKOH
Mantan Presiden RI, Bapak B. J. Habibie pernah berkata, “Sumber daya manusia yang mempunyai iman dan taqwa harus serentak menguasai, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),"
Kemudian beliau melanjutkan, "Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya.

Beliau juga mengatakan, ”selain berperilaku baik, sumber daya manusia unggul harus juga bisa menguasai ilmu, sehingga meningkatkan kualitas hidup di sekitarnya. Jika tidak memiliki keterampilan atau uang, maka tidak bisa memberi nilai tambah dan tidak bisa melakukan apa-apa.”

Jika kita analogikan maksud perkataan beliau tersebut adalah seperti istilah “kita harus bisa berotak Jerman dan berhati Mekkah.” ingat kita adalah mahasiswa. Di tangan kitalah tergenggam nasib bangsa ke depannya. Kita adalah agent of change yang kelak akan memegang pucuk kepemimpinan negeri ini.
Sebuah peradaban besar, dimulai dari cara berfikir para pemudanya. Jika para sudah lemah dari sejak awal berfikir, maka membangun sebuah peradaban adalah hal yang mustahil. Namun jika para pemuda memiliki pemikiran yang cemerlang dan mendalam, tingkat optimisme yang tinggi akan sebuah kesuksesan, diiringi dengan keimanan yang mantap dalam dirinya, maka membangun sebuah peradaban adalah suatu keniscayaan. Membangun peradaban sebuah hal yang realistis dan pasti jika diperjuangkan terus menerus tanpa rasa lelah.
  

TERIMAKASIH
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar