By : Anis Sugiarti
NIM : 133224009
IMTAQ dan IPTEK merupakan
suatu kesatuan yang relevan. Imtaq tanpa Iptek akan kosong, begitupun Iptek
tanpa Imtaq juga akan buta. Jika seseorang menguasai Iptek maka ia akan dengan
mudahnya melakukan sesuatu. Imtaq disini berperan untuk membentengi seseorang
dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh adanya kemajuan Iptek.
Seperti kita ketahui bahwa
Imtaq adalah singkatan dari Iman dan Taqwa yang mengandung artian sebagai
bentuk integritas seseorang terhadap Tuhannya. Sedangkan Iptek merupakan hasil
dari usaha pemikiran manusia dalam memahami dan mengelola ilmu yang
dimilikinya.
Kita memilih untuk menjadi orang yang berilmu tetapi tidak
beriman, atau orang yang beriman tanpa ilmu, atau orang yang beriman sekaligus
berilmu, atau bukan keduanya?????
Perkembangan Imtaq dan
Iptek di kalangan mahasiswa
Jika dikaji lebih jauh, rata-rata di setiap kampus lebih banyak dihuni oleh
mahasiswa yang ber-IPTEK daripada yang ber-IMTAQ. Salah satu buktinya adalah
ketika diadakan tes-tes seleksi masuk PTN atau PTS, soal yang diujikan
lebih banyak berisi tentang IPTEK. Jarang sekali ditemukan soal-soal yang
bernilai keagamaan. Selain itu, jumlah mata kuliah yang bernilai keagamaan juga
tidak sebanding dengan mata kuliah bernilai Iptek. Namun dengan adanya
organisasi-organisasi keagamaan di kampus tentunya akan sedikit menambah jumlah
mahasiswa yang tidak hanya menguasai iptek, namun juga mahasiswa yang
ber-imtaq.
Mantan Presiden RI, Bapak B. J. Habibie pernah
berkata, “Sumber daya manusia yang mempunyai iman dan taqwa harus serentak
menguasai, mendalami, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek),"
Kemudian beliau melanjutkan, "Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya.
Beliau juga mengatakan, ”selain berperilaku baik, sumber daya manusia unggul harus juga bisa menguasai ilmu, sehingga meningkatkan kualitas hidup di sekitarnya. Jika tidak memiliki keterampilan atau uang, maka tidak bisa memberi nilai tambah dan tidak bisa melakukan apa-apa.”
Kemudian beliau melanjutkan, "Seseorang tidak cukup beragama atau berbudaya saja, karena hanya akan menjadi orang yang baik. Sebaliknya, tidak cukup pula seseorang mendalami ilmu pengetahuan saja, karena hanya akan menjadikannya sosok yang menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan," katanya.
Beliau juga mengatakan, ”selain berperilaku baik, sumber daya manusia unggul harus juga bisa menguasai ilmu, sehingga meningkatkan kualitas hidup di sekitarnya. Jika tidak memiliki keterampilan atau uang, maka tidak bisa memberi nilai tambah dan tidak bisa melakukan apa-apa.”
Jika kita analogikan maksud perkataan beliau tersebut adalah
seperti istilah “kita harus bisa berotak Jerman dan berhati Mekkah.” ingat kita
adalah mahasiswa. Di tangan kitalah tergenggam nasib bangsa ke depannya. Kita
adalah agent of change yang kelak akan memegang pucuk kepemimpinan
negeri ini.
Sebuah peradaban besar, dimulai dari cara berfikir para
pemudanya. Jika para sudah lemah dari sejak awal berfikir, maka membangun
sebuah peradaban adalah hal yang mustahil. Namun jika para pemuda memiliki
pemikiran yang cemerlang dan mendalam, tingkat optimisme yang tinggi akan
sebuah kesuksesan, diiringi dengan keimanan yang mantap dalam dirinya, maka
membangun sebuah peradaban adalah suatu keniscayaan. Membangun peradaban sebuah
hal yang realistis dan pasti jika diperjuangkan terus menerus tanpa rasa lelah.
TERIMAKASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar