Gelang Energi : Hoax atau Sains?
Alkisah muncullah sebuah mesin bernama
Generator Elektromagnetik Tanpa Gerak yang dikatakan mampu menarik
energi bebas dari ruang hampa. Ini adalah sebuah revolusi besar dalam
sains. Pada dasarnya ia hanya sebuah transformator (trafo) dengan magnet
permanen, yang anehnya mampu menghasilkan daya di kumparan sekunder
lebih besar dari kumparan primer. Wow, bagi anda yang paham ilmu
listrik, hal ini mustahil. Sebuah trafo tidak mungkin memiliki efisiensi
100% yang artinya daya masuk (primer) sama dengan daya keluar
(sekunder). Trafo hanya mampu mendekati 100%, katakanlah 97%. Masuk 100
watt, keluar 97 watt. Dan para insinyur listrik dunia berjuang
mati-matian menekan batas efisiensi hingga 99.999999999%. Dan
mengejutkannya, ditemukan alat yang mampu menghasilkan efisiensi diatas
100%!
Masalahnya, alat tersebut tidak
bekerja. Ini satu-satunya masalah. Tapi ini membedakan antara hoax
dengan sains sesungguhnya. Membedakan antara kebohongan dan pencapaian
intelektual besar. Tapi pihak non ilmiah tetap tidak peduli. Mereka
mulai mengembangkan aplikasinya buat perangkat tertentu. Dan tentunya
hanya dapat menarik orang-orang yang awam dalam sains.
Seperti
yang anda lihat, daya tarik dari mesin ini adalah istilah ilmiah yang
dipakainya. Generator, elektromagnetik, ruang hampa, energi bebas, dsb.
Jadi mereka yang awam dengan sains, akan merasa, wah, ini terbukti
secara ilmiah. Anda bisa melihat perbedaan dari kalimat : Cincin berisi
jin tomang dari timur tengah yang mampu mendatangkan rezeki dengan
Cincin berisi energi bebas dengan aplikasi medan magnet bumi yang mampu
melancarkan peredaran darah. Cincin jenis kedua lebih keren
kedengarannya, tapi kenyataannya kedua cincin ini sama.

Selama berabad-abad, berbagai batuan seperti kristal dan fosil diharapkan memiliki kemampuan penyembuhan dan kekuatan mistik. keyakinan
ini terus berlanjut hingga sekarang. Kalau di masa lalu perlu mantra
dari berbagai tokoh spiritual, maka di masa kini, atas tuntutan dunia
modern, apa yang mereka sebut bukti adalah : kesaksian,
efek placebo, berpikir selektif, berpikir berharap (wishful thinking),
validasi subjektif, kharisma simpatetik, dan penguatan komunal. Tidak
ada bukti ilmiah kalau kristal atau batu tertentu memiliki energi ajaib
yang berguna untuk penyembuhan, perlindungan atau memberi tahu masa
depan.
Gelang Ion dan Magnet
Sekarang
bila tidak ada energi ajaib, energi apa yang bisa diklaim? Well, ada
energi listrik, energi magnet, energi gravitasi dan semua energi tak
sentuh lainnya. Lalu muncullah berbagai batu yang dikatakan memiliki
energi seperti itu. Yang paling populer mungkin energi magnet, karena
energi semacam ini jarang disadari dalam kehidupan sehari-hari.
Alat-alat penyembuhan magnetik lalu dibuat dengan hati-hati bersama
sederetan pemeriksaan keamanan agar jangan sampai gara-gara magnet,
bukannya seseorang sembuh malah ia mengalami penyakit.
Atau
ada juga yang mengetengahkan gelang ion, turunan dari energi listrik.
Gelang ion dikatakan mampu memberikan kesehatan tubuh terutama pada
otot. Perusahaan yang cukup hati-hati, QT. Inc, mencoba memeriksa
kebenaran dari klaim ini. Mereka mengumpulkan partisipan yang terdiri
dari pria dan wanita berusia minimal 18 tahun yang mengalami sakit otot.
Baik peneliti maupun partisipan tidak tahu mana partisipan yang
diberikan gelang ion dan mana yang diberikan gelang biasa (placebo).
Kedua gelang ini identik dan tak terbedakan dari luar. Gelang lalu
dipakai sesuai rekomendasi perusahaan. Studi yang dilakukan antara tahun
2000 – 2001 ini memenangkan penghargaan Akademi Kedokteran Keluarga
Florida bulan oktober 2002. Dan anda tahu hasilnya? Tidak ada perbedaan
antara orang yang memakai gelang ion dengan orang yang memakai gelang
biasa! Semua tidak mengalami kesembuhan.
Tapi
hal berbeda ditunjukkan oleh gelang magnet. Para peneliti dari Sekolah
Medis Peninsula menggunakan 194 pasien berusia 45-80 tahun yang
menderita osteoarthritis di paha atau lutut dari lima Rumah Sakit. Tiga
buah gelang di siapkan: gelang magnet standar, gelang magnet lemah dan
gelang biasa (plasebo). Tiga gelang ini identik dan diberikan secara
acak pada pasien. Mereka diminta memakainya selama 12 minggu. Perubahan
yang mereka alami dicatat menggunakan skala rasa sakit. Ternyata faktor
penggunaan obat pereda sakit dan keyakinan pasien tidak mempengaruhi
hasil, para ilmuan merasa tidak yakin apakah yang mereka temukan
merupakan efek magnet atau efek plasebo. Tapi apapun mekanismenya,
manfaat dari gelang magnet tampak nyata.
Ini
berita bagus bagi para penjual gelang magnet. Paling tidak rasa sakit
akibat osteoarthritis dapat berkurang karenanya. Tapi beberapa berusaha
melangkah lebih jauh dengan mengatakan semua penyakit dapat disembuhkan.
James D Livingston mengatakan: “Semakin ekstrim klaim tentang terapi
magnet, seperti menyembuhkan kanker dengan menggantung magnet super di
leher, bukan hanya tidak masuk akal namun juga berbahaya, karena dapat
mengalihkan perhatian penderita dari pengobatan sesunguhnya sehingga
penyakitnya bertambah parah. Perhiasan magnet dan sebagian besar produk
terapi magnet mungkin tidak berbahaya kecuali membuang-buang uang.”
Gagasan
terapi magnet sebagai pengobatan alternatif yang mengatakan kalau medan
magnet memberikan kekuatan sudah berusia berabad-abad. Sebagai contoh,
di awal 1770an, Anton Mesmer, seorang dokter dari Wina menemui seorang
pendeta dan penyembuh dengan nama Maximillian Hell. Sang pendeta
mengklaim kalau ia menyembuhkan orang dengan lempengan baja magnetik. Ia
tahu terapi ini bekerja karena ia banyak memiliki konsumen yang merasa
puas. Mesmer meniru terapi magnet Hell dan mengatakan kalau hal tersebut
bekerja karena ada aliran magnet yang sangat halus menembus apa saja
yang kadang terganggu dan harus diperbaiki. Hell, menurut Mesmer,
membuka blokadi aliran cairan magnet ini dengan magnetnya. Mesmer lalu
menemukan kalau ia mendapatkan hasil yang sama tanpa menggunakan magnet.
Sudah
dua setengah abad lamanya sejak Mesmer menemukan kalau penyembuhan
magnet pada banyak penyakit hanyalah khayalan. Di masa modern pengaruh
magnet terhadap penyembuhan dilakukan per jenis penyakit. Kasus pada
osteoarthritis di atas sudah kita paparkan dan hasilnya positif. Dan
hasil dari polio juga demikian. Studi yang dilakukan di Baylor College
of Medicine. Studi ini membandingkan pengaruh magnet dan placebo pada
rasa sakit di lutut 50 orang pasien pasca polio. Kelompok eksperimental
melaporkan berkurangnya rasa sakit dibandingkan kelompok kontrol.
Sekarang, apakah Mesmer salah?
Sebuah
penelitian yang lebih luas cakupannya dilakukan oleh New York College of
Podiatric Medicine. Hasilnya negatif. Magnet tidak mempengaruhi
penyembuhan rasa sakit betis. Dalam periode 4 minggu, 19 pasien memakai
sendal yang diselipkan kertas magnet, sementar 15 pasien lainnya memakai
sendal yang sama, hanya tanpa magnet. Kedua kelompok melaporkan merasa
sehat dengan persentase sama (60%). Tahun 1982, C.Z. Hong et al
menemukan kalau kalung magnet tidak menghilangkan rasa sakit leher atau
punggung. Tahun 2002, sebuah studi kecil dengan 30 subjek menemukan
kalau penggunaan magnet untuk mengurangi rasa sakit sindrom saluran
karpal tidak lebih efektif dari placebo. Studi lain oleh Collacot et al
(2000) juga tidak menunjukkan perbedaan antara magnet dan plasebo untuk
sakit punggung. Studi dari Universitas Virginia yang menguji magnet pada
penderita fibromyalgia juga tidak menemukan perbedaan yang nyata antara
magnet dan plasebo. Tinjauan literatur ilmiah berskala besar
menunjukkan keberhasilan terapi magnet yang sangat minim.
Hasil
menarik dari studi semacam ini terkait dengan efek plasebo. Pasien yang
menjadi partisipan yang diberikan plasebo atau perlakuan palsu
seringkali melaporkan kalau mereka merasa baikan karena semata percaya
kalau perlakuan yang diberikan kepada mereka adalah asli. Menurut Dr
Winemiller “efek plasebo ditemukan semakin kuat pada pasien yang percaya
sepenuhnya kalau sendal magnet dapat membuat dirinya sehat.” Hal yang
sama dikatakan oleh para peneliti sendal magnet seperti Edward
Laskowski, M.D., dan W. Scott Harmsen dari Klinik Mayo, dan juga Robert
Billow, D.O., dari Lembaga Bedah Ortopedik Barat Laut, Mount Vernon,
Washington.
Beberapa pendukung terapi
magnet adalah atlit profesional seperti Jim Colbert dan John Huston
(golf), Dan Marino (sepak bola) dan Lindsay Davenport (tenis). Keyakinan
mereka semata berdasarkan penalaran post hoc. Mungkin saja kalau rasa
nyaman yang diberikan sabuk magnet pada pemain golf yang bermasalah
punggung bukan semata karena efek plasebo atau kekeliruan regresif.
Mungkin karena dukungan atau tambahan panas dari sabuk tersebut.
Produknya dapat bekerja baik tanpa harus diberi magnet. Namun atlit
tidak bersedia melakukan uji ilmiah, sama halnya dengan perusahaan
pembuatnya.
Atlit bukan satu-satunya
yang mendukung kekuatan magnet untuk penyembuhan. Ahli bedah ortopedik
dari Universitas Miami, Dr. Richard Rogachefsky, mengklaim kalau ia
sudah memakai magnet untuk sekitar 600 pasien, termasuk orang yang
cedera karena tembakan. Ia mengatakan magnet mempercepat proses
penyembuhan. Buktinya? Ia melihat sinar X. Dr William Jarvis tidak
percaya. Menurutnya “dokter apapun yang bertopang pada impresi klinis,
pada apa yang mereka rasakan saja, adalah dokter yang bodoh.” Ada alasan
kuat mengapa para ilmuan melakukan studi terkendali (double-blind)
dimana bukan hanya partisipan yang tidak tau mana yang plasebo mana yang
asli, bahkan peneliti juga tidak tahu kecuali setelah percobaan selesai
dan data siap di analisa. Alasannya adalah untuk menguji sebab akibat.
Untuk mencegah prasangka.
Mungkin
mekanisme yang diajukan oleh para ahli terapi magnet adalah magnet dapat
memperbaiki aliran darah dalam jaringan. Sayangnya, medan magnet yang
dapat dipasang pada gelang, kalung, sabuk atau sendal, terlalu lemah dan
semakin lemah seiring bertambahnya jarak. Anda tentu bisa melihat
bagaimana magnet yang besar tidak mampu menarik paku yang berjarak
beberapa puluh centimeter. Jangkauan daya tarik magnet sangat terbatas
apalagi bagi hemoglobin, komponen darah lainnya, jaringan otot, tulang,
pembuluh darah atau organ tubuh yang pada dasarnya bukan logam! Studi
tahun 1991 dengan menerapkan medan magnet hingga 1 Tesla tidak
menunjukkan efek pada aliran darah manusia. Oksigenasi jaringan juga
tidak terpengaruh. Beberapa praktisi mengklaim kalau magnet dapat
memperbaiki keseimbangan energi elektromagnetik tubuh, namun medan
demikian sama sekali tidak ada. Bahkan medan magnet yang dipakai dalam
pencitraan resonansi magnetik, yang luar biasa kuatnya, tidak
menunjukkan efek yang teramati pada tubuh manusia.
Yayasan
Sains Nasional AS tahun 2002 secara resmi mengatakan kalau terapi
magnet sepenuhnya tidak ilmiah. Sebagian pedagang terapi magnet berusaha
menyembunyikannya menggunakan istilah ilmiah. Klaim demikian tidak
didukung oleh studi ilmiah dan klinis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar