Rabu, 13 Mei 2015

Gelang Energi : Hoax atau Sains?

Gelang Energi : Hoax atau Sains?

 

Alkisah muncullah sebuah mesin bernama Generator Elektromagnetik Tanpa Gerak yang dikatakan mampu menarik energi bebas dari ruang hampa. Ini adalah sebuah revolusi besar dalam sains. Pada dasarnya ia hanya sebuah transformator (trafo) dengan magnet permanen, yang anehnya mampu menghasilkan daya di kumparan sekunder lebih besar dari kumparan primer. Wow, bagi anda yang paham ilmu listrik, hal ini mustahil. Sebuah trafo tidak mungkin memiliki efisiensi 100% yang artinya daya masuk (primer) sama dengan daya keluar (sekunder). Trafo hanya mampu mendekati 100%, katakanlah 97%. Masuk 100 watt, keluar 97 watt. Dan para insinyur listrik dunia berjuang mati-matian menekan batas efisiensi hingga 99.999999999%. Dan mengejutkannya, ditemukan alat yang mampu menghasilkan efisiensi diatas 100%!
Masalahnya, alat tersebut tidak bekerja. Ini satu-satunya masalah. Tapi ini membedakan antara hoax dengan sains sesungguhnya. Membedakan antara kebohongan dan pencapaian intelektual besar. Tapi pihak non ilmiah tetap tidak peduli. Mereka mulai mengembangkan aplikasinya buat perangkat tertentu. Dan tentunya hanya dapat menarik orang-orang yang awam dalam sains.
Seperti yang anda lihat, daya tarik dari mesin ini adalah istilah ilmiah yang dipakainya. Generator, elektromagnetik, ruang hampa, energi bebas, dsb. Jadi mereka yang awam dengan sains, akan merasa, wah, ini terbukti secara ilmiah. Anda bisa melihat perbedaan dari kalimat : Cincin berisi jin tomang dari timur tengah yang mampu mendatangkan rezeki dengan Cincin berisi energi bebas dengan aplikasi medan magnet bumi yang mampu melancarkan peredaran darah. Cincin jenis kedua lebih keren kedengarannya, tapi kenyataannya kedua cincin ini sama.
Selama berabad-abad, berbagai batuan seperti kristal dan fosil diharapkan memiliki kemampuan penyembuhan dan kekuatan mistik. keyakinan ini terus berlanjut hingga sekarang. Kalau di masa lalu perlu mantra dari berbagai tokoh spiritual, maka di masa kini, atas tuntutan dunia modern, apa yang mereka sebut bukti adalah : kesaksian, efek placebo, berpikir selektif, berpikir berharap (wishful thinking), validasi subjektif, kharisma simpatetik, dan penguatan komunal. Tidak ada bukti ilmiah kalau kristal atau batu tertentu memiliki energi ajaib yang berguna untuk penyembuhan, perlindungan atau memberi tahu masa depan.

Gelang Ion dan Magnet

Sekarang bila tidak ada energi ajaib, energi apa yang bisa diklaim? Well, ada energi listrik, energi magnet, energi gravitasi dan semua energi tak sentuh lainnya. Lalu muncullah berbagai batu yang dikatakan memiliki energi seperti itu. Yang paling populer mungkin energi magnet, karena energi semacam ini jarang disadari dalam kehidupan sehari-hari. Alat-alat penyembuhan magnetik lalu dibuat dengan hati-hati bersama sederetan pemeriksaan keamanan agar jangan sampai gara-gara magnet, bukannya seseorang sembuh malah ia mengalami penyakit.
Atau ada juga yang mengetengahkan gelang ion, turunan dari energi listrik. Gelang ion dikatakan mampu memberikan kesehatan tubuh terutama pada otot. Perusahaan yang cukup hati-hati, QT. Inc, mencoba memeriksa kebenaran dari klaim ini. Mereka mengumpulkan partisipan yang terdiri dari pria dan wanita berusia minimal 18 tahun yang mengalami sakit otot. Baik peneliti maupun partisipan tidak tahu mana partisipan yang diberikan gelang ion dan mana yang diberikan gelang biasa (placebo). Kedua gelang ini identik dan tak terbedakan dari luar. Gelang lalu dipakai sesuai rekomendasi perusahaan. Studi yang dilakukan antara tahun 2000 – 2001 ini memenangkan penghargaan Akademi Kedokteran Keluarga Florida bulan oktober 2002. Dan anda tahu hasilnya? Tidak ada perbedaan antara orang yang memakai gelang ion dengan orang yang memakai gelang biasa! Semua tidak mengalami kesembuhan.
Tapi hal berbeda ditunjukkan oleh gelang magnet. Para peneliti dari Sekolah Medis Peninsula menggunakan 194 pasien berusia 45-80 tahun yang menderita osteoarthritis di paha atau lutut dari lima Rumah Sakit. Tiga buah gelang di siapkan: gelang magnet standar, gelang magnet lemah dan gelang biasa (plasebo). Tiga gelang ini identik dan diberikan secara acak pada pasien. Mereka diminta memakainya selama 12 minggu. Perubahan yang mereka alami dicatat menggunakan skala rasa sakit. Ternyata faktor penggunaan obat pereda sakit dan keyakinan pasien tidak mempengaruhi hasil, para ilmuan merasa tidak yakin apakah yang mereka temukan merupakan efek magnet atau efek plasebo. Tapi apapun mekanismenya, manfaat dari gelang magnet tampak nyata.
Ini berita bagus bagi para penjual gelang magnet. Paling tidak rasa sakit akibat osteoarthritis dapat berkurang karenanya. Tapi beberapa berusaha melangkah lebih jauh dengan mengatakan semua penyakit dapat disembuhkan. James D Livingston mengatakan: “Semakin ekstrim klaim tentang terapi magnet, seperti menyembuhkan kanker dengan menggantung magnet super di leher, bukan hanya tidak masuk akal namun juga berbahaya, karena dapat mengalihkan perhatian penderita dari pengobatan sesunguhnya sehingga penyakitnya bertambah parah. Perhiasan magnet dan sebagian besar produk terapi magnet mungkin tidak berbahaya kecuali membuang-buang uang.”
Gagasan terapi magnet sebagai pengobatan alternatif yang mengatakan kalau medan magnet memberikan kekuatan sudah berusia berabad-abad. Sebagai contoh, di awal 1770an, Anton Mesmer, seorang dokter dari Wina menemui seorang pendeta dan penyembuh dengan nama Maximillian Hell. Sang pendeta mengklaim kalau ia menyembuhkan orang dengan lempengan baja magnetik. Ia tahu terapi ini bekerja karena ia banyak memiliki konsumen yang merasa puas. Mesmer meniru terapi magnet Hell dan mengatakan kalau hal tersebut bekerja karena ada aliran magnet yang sangat halus menembus apa saja yang kadang terganggu dan harus diperbaiki. Hell, menurut Mesmer, membuka blokadi aliran cairan magnet ini dengan magnetnya. Mesmer lalu menemukan kalau ia mendapatkan hasil yang sama tanpa menggunakan magnet.
Sudah dua setengah abad lamanya sejak Mesmer menemukan kalau penyembuhan magnet pada banyak penyakit hanyalah khayalan. Di masa modern pengaruh magnet terhadap penyembuhan dilakukan per jenis penyakit. Kasus pada osteoarthritis di atas sudah kita paparkan dan hasilnya positif. Dan hasil dari polio juga demikian. Studi yang dilakukan di Baylor College of Medicine. Studi ini membandingkan pengaruh magnet dan placebo pada rasa sakit di lutut 50 orang pasien pasca polio. Kelompok eksperimental melaporkan berkurangnya rasa sakit dibandingkan kelompok kontrol. Sekarang, apakah Mesmer salah?
Sebuah penelitian yang lebih luas cakupannya dilakukan oleh New York College of Podiatric Medicine. Hasilnya negatif. Magnet tidak mempengaruhi penyembuhan rasa sakit betis. Dalam periode 4 minggu, 19 pasien memakai sendal yang diselipkan kertas magnet, sementar 15 pasien lainnya memakai sendal yang sama, hanya tanpa magnet. Kedua kelompok melaporkan merasa sehat dengan persentase sama (60%). Tahun 1982, C.Z. Hong et al menemukan kalau kalung magnet tidak menghilangkan rasa sakit leher atau punggung. Tahun 2002, sebuah studi kecil dengan 30 subjek menemukan kalau penggunaan magnet untuk mengurangi rasa sakit sindrom saluran karpal tidak lebih efektif dari placebo. Studi lain oleh Collacot et al (2000) juga tidak menunjukkan perbedaan antara magnet dan plasebo untuk sakit punggung. Studi dari Universitas Virginia yang menguji magnet pada penderita fibromyalgia juga tidak menemukan perbedaan yang nyata antara magnet dan plasebo. Tinjauan literatur ilmiah berskala besar menunjukkan keberhasilan terapi magnet yang sangat minim.
Hasil menarik dari studi semacam ini terkait dengan efek plasebo. Pasien yang menjadi partisipan yang diberikan plasebo atau perlakuan palsu seringkali melaporkan kalau mereka merasa baikan karena semata percaya kalau perlakuan yang diberikan kepada mereka adalah asli. Menurut Dr Winemiller “efek plasebo ditemukan semakin kuat pada pasien yang percaya sepenuhnya kalau sendal magnet dapat membuat dirinya sehat.” Hal yang sama dikatakan oleh para peneliti sendal magnet seperti Edward Laskowski, M.D., dan W. Scott Harmsen dari Klinik Mayo, dan juga Robert Billow, D.O., dari Lembaga Bedah Ortopedik Barat Laut, Mount Vernon, Washington.
Beberapa pendukung terapi magnet adalah atlit profesional seperti Jim Colbert dan John Huston (golf), Dan Marino (sepak bola) dan Lindsay Davenport (tenis). Keyakinan mereka semata berdasarkan penalaran post hoc. Mungkin saja kalau rasa nyaman yang diberikan sabuk magnet pada pemain golf yang bermasalah punggung bukan semata karena efek plasebo atau kekeliruan regresif. Mungkin karena dukungan atau tambahan panas dari sabuk tersebut. Produknya dapat bekerja baik tanpa harus diberi magnet. Namun atlit tidak bersedia melakukan uji ilmiah, sama halnya dengan perusahaan pembuatnya.
Atlit bukan satu-satunya yang mendukung kekuatan magnet untuk penyembuhan. Ahli bedah ortopedik dari Universitas Miami, Dr. Richard Rogachefsky, mengklaim kalau ia sudah memakai magnet untuk sekitar 600 pasien, termasuk orang yang cedera karena tembakan. Ia mengatakan magnet mempercepat proses penyembuhan. Buktinya? Ia melihat sinar X. Dr William Jarvis tidak percaya. Menurutnya “dokter apapun yang bertopang pada impresi klinis, pada apa yang mereka rasakan saja, adalah dokter yang bodoh.” Ada alasan kuat mengapa para ilmuan melakukan studi terkendali (double-blind) dimana bukan hanya partisipan yang tidak tau mana yang plasebo mana yang asli, bahkan peneliti juga tidak tahu kecuali setelah percobaan selesai dan data siap di analisa. Alasannya adalah untuk menguji sebab akibat. Untuk mencegah prasangka.
Mungkin mekanisme yang diajukan oleh para ahli terapi magnet adalah magnet dapat memperbaiki aliran darah dalam jaringan. Sayangnya, medan magnet yang dapat dipasang pada gelang, kalung, sabuk atau sendal, terlalu lemah dan semakin lemah seiring bertambahnya jarak. Anda tentu bisa melihat bagaimana magnet yang besar tidak mampu menarik paku yang berjarak beberapa puluh centimeter. Jangkauan daya tarik magnet sangat terbatas apalagi bagi hemoglobin, komponen darah lainnya, jaringan otot, tulang, pembuluh darah atau organ tubuh yang pada dasarnya bukan logam! Studi tahun 1991 dengan menerapkan medan magnet hingga 1 Tesla tidak menunjukkan efek pada aliran darah manusia. Oksigenasi jaringan juga tidak terpengaruh. Beberapa praktisi mengklaim kalau magnet dapat memperbaiki keseimbangan energi elektromagnetik tubuh, namun medan demikian sama sekali tidak ada. Bahkan medan magnet yang dipakai dalam pencitraan resonansi magnetik, yang luar biasa kuatnya, tidak menunjukkan efek yang teramati pada tubuh manusia.
Yayasan Sains Nasional AS tahun 2002 secara resmi mengatakan kalau terapi magnet sepenuhnya tidak ilmiah. Sebagian pedagang terapi magnet berusaha menyembunyikannya menggunakan istilah ilmiah. Klaim demikian tidak didukung oleh studi ilmiah dan klinis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar